Sabtu, 24 Maret 2012

Strategi Pembelajaran

a.      Pengertian Strategi Pembelajaran
         Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis-garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah di tentukan dan di hubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa di artikan sebagai pola umum kegiatan guru murid dalam mewujudkan kegiatan guru dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah di gariskan.
         Istilah strategi mula- mula di pakai di kalangan militer dan di artikan sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan, terutama yang erat kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi ka dalam posisi perang yang di pandang paling menguntungkan untuk memperoleh kemenangan.
         Dewasa ini istilah strategi banyak di pinjam oleh bidang-bidang ilmu lain termasuk bidang ilmu pendidikan dalam kaitannya dengan belajar mengajar, pemakaian istilah strategi di maksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang meningkatkan terjadinya proses mengajar. Maksudnya agar tujuan pengajaran yang telah di rumuskan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil, guru di tuntut memiliki kemampuan mengatur komponen-komponen pengajaran sedemikian rupa sehinga terjalin keterkaitan fungsi antara komponen pengajaran yang di maksud.
         Dengan kata lain, dapat juga di katakan bahwa strategi berarti pilihan pola kegiatan belajar mengajar yang di ambil untuk mencapai tujuan secara efektif. Untuk melakukan tugas secara proposional, guru memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujua n belajar yang telah di rumuskan, baik dalam arti intruksional (tujuan belajar yang di rumuskan secara eksplisit dalam proses belajar, misalnya kemampuan berfikir kritis, kreatif, sikap terbuka setelah siswa mengikuti diskusi kelompok kecil dalam proses belajarnya)
         Strategi pembelajaran merupakan salah komponen pembelajaran yang paling penting guna terciptanya tujuan pendidikan, yang dalam pelaksanaannya meliputi empat strategi dasar di antaranya adalah:
  1. Mengidentifikasikan serta menetapkan spesikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kpribadian pererta didik sebagaimana yang di harapkan
  2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar
  3. Memilih dan menetapkan prosedur,metode, dan teknik belajar mengajar yang di anggap paling tepat dan efektif
  4. Menetapkan norma-norma dan batas keberhasilan dan kereteria standar keberhasilan sehingga dapat di jadikan pegangan oleh para guru dalam melakukan evaluasi hasil belajar mengajar, yang selanjutnya menjadi unpan balik bagi penyempurnaan sistem intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan (Ahmadi, 1997:11-14)
         Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat di jadikan pedoman dalam keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
         Pertama, spesikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana yang hendak di capai selama kegiatan belajar mengajar yang di lakukan itu. Dengan kata lain menentukan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran itu harus di rumuskan secara jelas dan kongkrit sehingga mudah di fahami peserta didik. Perubahan perilaku dan kepribadian yang di harapkan setelah siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar itu harus jelas, misalnya, dari tidak biasa membaca menjadi terbiasa membaca. Kalau sebelum mengikuti belajar mengajar para siswa tidak mampu atau menulis huruf al-Qur’an maka setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar mereka mampu membaca menulis haruf al-Qur’an dan seterusnya. Dimana kegiatan belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas, berarti kegiatan tersebut dapat di lakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti, maka itu dapat terjadi penyimpangan-penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang di terapkan.
         Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang di anggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran, bagaimana kita memandang suatu persoalan, konsep. Pengertian dan teori apa yang akan di capai.
        Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur,metode, dan tehnik belajar mengajar yang di anggap paling tepat dan efektif. Metode atau tehnik penyajian untuk memotivasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau metode untuk cara mendorong para siswa untuk mampu berfikir dan memiliki cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu di fahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok di pakai untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
         Jadi, dengan sasaran yang berbeda, guru hendaknya jngan menggunakan tehnik penyajian yang sama. Bila beberapa tujuan ingin di peroleh, kita di tuntut untuk memiliki kemampuan menggunakan berbagai metode atau mengkombinasikan beberapa metode yang relevan, cara peyajian yang satu mungkin lebih menekankan pada peranan siswa, sementara tehnik penyajian yang lain terfokus pada peranan guru atau alat pengajaran seperti guru atau komputer.
         Dan ada pula metode yang lebih berhasil bila di gunakan siswa dalam jumlah terbetas, atau cocok untuk mempelajari tertentu. Dan tujuan intraksional yang ingin di capai itu tidak selalu tunggal, bisa terdiri dari beberapa tujuan atau sasaran. Untuk itu, guru membutuhkan variasi dalam menggunakan tehnik penyajian supaya kegiatan belajar mengajar yang berlangsung tidak membosankan.
        Keempat, menetapkan norma-norma atau kreteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pengangan yang dapat di jadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilannya tugas yang di lakukannya. Suatu program baru di ketahui keberhasilannya, setelah dialakuka evaluasi, system penilaian dalam kegiatan belajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa di pisahkan dengan strategi dasar yang lain.
b.      Teori yang Melandasi Pembelajaran dengan Strategi Belajar
         Adapun landasan teoritis yang mendukung strategi-strategi belajar, diantaranya :
1. Teori Belajar Humanistik
         Salah satu tokoh teori belajar Humanistik adalah Rogers. Dalam bukunya Freedom to Leam seperti  dikutip oleh Wasty Suemanto (2003:139), ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistic yang penting, diantaranya adalah:
  1. Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.
  2. Belajar yang signifikan terjadi apabila subject matter dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri.
  3. Belajar yang menyangkut suatu perubahan didalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancan dan cenderung untuk ditolaknya.
  4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
  5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan jadilah proses belajar.
  6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
  7. Belajar diperlancar apabila siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar.
  8. Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat meberikan yang mendalam dan lestari.
  9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah mudah dicapai siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinya sendiri dan penilain diri orang lain merupakan cara kedua yang penting.
  10. Belajar yang paling berguna secara sosial didalam dunia modem ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya kedalam dirinya sendiri mengenai proses perubahan diri.
2. Teori Psikologi Kognitif
         Teori Psikologi Kognitif ini berakar dari teori-teori yang menjelaskan bagaimana otak bekerja dan bagaimana individu memperoleh dan memproses informasi.  Bertolak dari penemuan Gestalt Pysichology, Kurt Lewin (1892-1947) mengembangkan suatu teori belajar Cognitivefield dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial (Soemanto, 2003:129).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar